Resolusi 40 — Setiap pergantian tahun, acap kali orang disibukkan dengan istilah ‘resolusi”. Tapi tidak dengan aku. Bagiku, resolusi itu dilakukan setiap hari bahkan setiap detik di nafas kehidupanku.

Lho kok?
Ya, karena setiap kita tidak akan pernah tahu kapan, dimana, dan saat apa Allah menjemput kita berpulang ke rumah-Nya.

Tapi, kalaulah diberi usia hingga menyentuh angka 40 ke atas, mungkin aku punya beberapa resolusi di usia ini.

Lho kok harus di usia ini?
Tenang..tenang..sini aku berbagi sedikit alasannya, agar kita sama-sama memahami makna di balik usia 40 tahun.

Berawal dari Murabbi

“Ibu-ibu, boleh ya kita buat apa harapan dan rencana kita menjalani hidup sebelum 40 tahun dan sesudah 40 tahun. Mohon jawabannya ditulis di kertas dan di fotokan ya”

Begitu isi chat singkat sang murabbi di laman grup WhatsApp aku.

Resolusi 40
Ibu Sri Prafanti & Suami (Alm. Ustadz Surianda Lubis)

 

Tiba-tiba hati terdetak, “Kenapa mesti usia 40 ya?” Seketika aku teringat beberapa tugas perkembangan manusia di usia 40 tahun, semasa kuliah di Fakultas Psikologi dulu.

Usia 40 tahun dalam ilmu psikologi di kelompokkan pada masa dewasa awal. Masa dewasa awal merupakan transisi dari masa remaja yang masih menjalani kehidupan hura-hura menuju masa dimana kita dituntut akan rasa tanggung jawab.

Ada beberapa tugas perkembangan yang harus dilalui agar kehidupan menjadi bahagia dan tidak mengalami permasalahan berarti, khususnya bagi orang dewasa awal, karena masa dewasa awal ini masa puncaknya perkembangan bagi setiap orang.

Istilah adult atau dewasa berasal dari kata kerja latin yang berarti tumbuh menjadi dewasa. Oleh karena itu orang dewasa adalah seseorang yang telah menyelesaikan pertumbuhannya dan siap menerima kedudukannya di masyarakat bersama orang dewasa lainnya (Hurlock, 1996).

Masa dewasa awal dimulai pada umur 18 tahun sampai kira-kira 40 tahun. Saat perubahan-perubahan fisik dan psikologis yang menyertai berkurangnya kemampuan reproduktif (Hurlock, 1996).

Masa dewasa awal merupakan periode penyesuaian diri terhadap pola-pola kehidupan yang baru dan harapan-harapan sosial baru. Orang dewasa awal diharapkan memainkan peran baru, seperti suami/istri, orang tua , dan pencari nafkah, keinginan-keinginan baru, mengembangkan sikap-sikap baru dan nilai-nilai baru sesuai tugas baru (Hurlock, 1996).

Sedangkan menurut Mappiare (1983:15) orang dewasa awal merupakan transisi baik secara fisik, intelektual, peran sosial dan psikologis yang menyertai berkurangnya kemampuan reproduktif. Singkatnya, dewasa awal merupakan masa peralihan dari masa remaja menuju masa dewasa.

Akhirnya aku paham, inilah alasan Murabbi berkeinginan untuk kami berbagi Resolusi 40, agar kami saling menguatkan, saling menginspirasi, dan saling menularkan semangat positif selama menjalani bahtera rumah tangga, baik sehat batiniah maupun rohaniah.

Resolusi 40

Aku dan Resolusi 40

Berat, satu kata yang harus aku ringankan agar tuntas menjalaninya sebelum Allah menjemputku pulang. Ya, bab baru dalam hidup selepas ijab qobul dilafalkan suamiku kemarin, 28 Januari 2018. Semenjak sah menjadi istrinya, segala bentuk peran dan tanggung jawab pun beralih. Pola kehidupan pun otomatis juga mengikuti standarnya.

Resolusi 40
Credit by @toras.photowork

Bukan lagi tentang seorang diri, melainkan ikut nyemplung dalam peran orang lain, aku menyebutnya suami.

Dimulai dari usia 29 tahun hingga kini, usia 32 tahun. Banyak lika-liku pembelajaran diri yang sangat menantang emosi. Hanya dua gendangnya, kalau lulus uji, maka naik tingkat keimanan. Jika tidak, bersiaplah untuk mengalami kemunduran.

Bukan hanya itu, bisa jadi pun kita akan mengalami kesulitan untuk melanjutkan tugas perkembangan di tahapan usia berikutnya. Bayangkan, apa tidak semakin bertambah berat tuh? Ooohh..no..no..nooo..jangan sampai aku mengalami itu, na’udzubillahiminzalik!

Bersyukur sang Murabbi menitipkan surat cinta itu. Semacam ada pengingat untuk melakukan muhasabah sebelum dan sesudah usia 40 tahun.

Mudah-mudahan dengan catatan ini, tidak hanya aku yang diingatkan, melainkan kita juga saling mengingatkan dalam dan menuju kebaikan, yakni berpulang dalam keadaan husnul khatimah. Aamiin.

Kalau aku ditanya harapan sebelum usia 40 tahun, Alhamdulillah Allah sudah memberikan banyak kebaikan dalam hidupku ini.

Pertama, aku ingin memiliki keturunan. Alhamdulillah Allah sudah kabulkan dalam rentang waktu yang berdekatan, dan bersyukurnya aku dapat sepasang.

Resolusi 40

Kedua, proses pematangan emosi dari waktu ke waktu, agar menjadi pribadi yang shalihah. Menjadi sosok pribadi, istri, dan ibu yang kuat, penyabar, dan mampu menjalankan perannya.

Alhamdulillah, Allah selalu menguji rumah tangga kami dengan ujian perkembangan psikis dan fisik anak-anak. Dan sekarang aku sadar, ternyata ini bentuk latihan kematangan emosi dari Allah untuk aku agar lebih bijaksana dalam menjalani kehidupan.

Meski awalnya terasa berat, Alhamdulillah dengan cara menjadikan kesedihan sebagai hal yang patut disyukuri. Sejak saat itu perlahan semua terasa lebih ringan. Karena terkadang air mata hanya perlu dikeluarkan sejenak, hanya untuk melegakan kepenatan hati dan pikiran. In syaa Allah setelahnya aku hanya cukup mengubah pola pikir bahwa yang membuat sedih, begitulah cara Allah mengajariku untuk bahagia.

Loh kok bisa?
Ya, berpikirlah “Siapa tahu dengan kita sabar menerima sebuah kesedihan, kita sabar menjalaninya sebagai ladang pahala, atau dengan cara itu Allah meningkatkan keimanan kita. In syaa Allah dengan begitu hati lebih merasa tentram”

Ketiga, selain menjadi pendidik dalam keluarga, aku juga ingin memberi manfaat di masyarakat luas. Ya, sebelum usia 35 tahun semoga saja bisa mewujudkan impianku menjadi seorang dosen di salah satu universitas di kota Medan ini.

Nah sekarang, kalau ditanya harapan setelah usia 40 tahun, ini sebenarnya belum pernah terpikir olehku. Karena sejujurnya aku bukan orang yang terlalu visioner dalam perencanaan hidup. Biasanya aku hanya buat time board satu hingga tiga tahun ke depan saja.

Tapi tak apa, mungkin ini langkah awal untuk aku lebih terencana dalam menjalani proses hidup. Bismillah.

1. Anak-anak tumbuh sehat dan cerdas. Baik secara akhlak dan keimanan.
2. Suami semakin terawat. Baik secara lahir dan batin.
3. Pribadi semakin bijaksana. Mampu mengontrol emosi, mampu berperan aktif tanpa menyakiti, dan siap berbagi tanpa ada yang dirugikan.

Semoga dengan tiga poin ini, Allah merahmatiku dengan bonus-bonus kehidupan lainnya. Karena aku yakin, dari ridha suami, dan dari amal kebaikan anak-anak, di sana letak ridha Allah padaku. In syaa Allah dengan begitu, husnul khatimah bisa diraih. In syaa Allah, Aamiin.

Resolusi 40

Itulah Resolusi 40 versi aku. Tapi di balik resolusi sebelum dan sesudah usia 40 tahun ini, ada resolusi yang paling dan akan aku lakukan terus hingga akhir hayat.

“Sebenarnya tugas kita yang terpenting dalam hidup adalah mencatat. Ya, mencatat hutang kita, wasiat kita, harta kita, apapun hal yang akan ditinggalkan. Tujuannya itu ya untuk memudahkan orang-orang yang kita tinggalkan nanti. Mereka tahu harus melanjutkan warisan kita. Sebab harta yang ditinggalkan kalau tidak tepat pembagiannya, bisa menjadi dosa jariyah bagi kita. Na’udzubillahiminzalik,” tegas ustadz Dr. H. Zamakhsyari Syar’i, Lc. MA., saat aku dan suami bertamu ke rumahnya.

 

Resolusi 40

Nasihat beliau ini sangat lekat dalam ingatanku. Ya, ini jadi tugas besar bagiku. Harus dilakukan. Sebab, sepeninggalan almarhum Papa dan Mama, aku banyak mengambil pelajaran hidup bahwa ketika meninggalkan anak-anak kita, pastikan mereka tetap dalam keadaan rukun dan bersahaja.

“Karena anak adalah investasi amal jariyah yang akan menolong kita kelak di surganya Allah,” nasihat ustadz Heriansyah, S.Ag., dalam majelis Khadijah di Komplek Taman Setia Budi Indah, Medan.

Terima kasih Bu Fanti, selaku Murabbi ku yang sudah menjadi perpanjangan tangan Allah agar aku bermuhasabah diri di usia 32 tahun ini. Itu berarti ada 8 tahun lagi masa menuju usia 40. In syaa Allah sampai, sehingga Resolusi 40 ini bisa terealisasi menjadi ladang kebaikan menuju Jannah-Nya.

Aamiin..Aamiin Ya Rabbal Alamin..

Resolusi 40
Credit by @toras. photowork
Resolusi 40
Tagged on:                         

10 thoughts on “Resolusi 40

  • January 26, 2021 at 1:19 pm
    Permalink

    Mba Rizky terima kasih artikel blognya menginspirasi dan positif sekali. Mengingatkan saya juga, kalau harus banyak-banyak bermuhasabah diri. Sehat selalu mba bersama keluarga, semoga resolusinya dapat terealisasi. Amin ya rabb.

    Reply
    • January 31, 2021 at 8:53 pm
      Permalink

      Sehat selalu juga utk mba ❤️

      Reply
  • January 26, 2021 at 9:54 pm
    Permalink

    DEG… itulah yang terasaa saat baca bagian “mencatat”, salah satu episode yg tidak pernh aku lakukan.. 🙈🙈
    Makasih mbak sudah di ingatkan.. sepele namun penting banget yaa..

    Reply
    • January 31, 2021 at 8:52 pm
      Permalink

      Yes, aku pun mba 🥺

      Reply
  • January 26, 2021 at 11:02 pm
    Permalink

    Aku nemu ini pagi2. Dan trimakasih banyak mbak, aku terinspirasi dan juga membuat saya harus banyak2 untuk ber muhasabah. Trimakasih banyak, dan sehat selalu untuk mbak dan sekeluarga❤️

    Reply
    • January 31, 2021 at 8:52 pm
      Permalink

      Ya kadang gitu mba, kita butuh orang lain utk saling mengingatkan 😊 semoga bermanfaat

      Reply
  • January 27, 2021 at 5:00 am
    Permalink

    Trimaksih mbak udh buat tulisan ini .. ini bner2 menyentak hati saya.. gk kpikiran sm skli akanhal ini..

    Reply
    • January 31, 2021 at 8:51 pm
      Permalink

      Semoga bermanfaat mba 😊

      Reply
  • January 27, 2021 at 8:17 am
    Permalink

    Sepertinya saya juga harus membuat resolusi semacam ini. Umur sudah seperempat abad tapi ngerasa ada yang kurang terus.

    Reply
    • January 31, 2021 at 8:51 pm
      Permalink

      Ayo mba realisasikan 😁

      Reply

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *